Harga Bitcoin kembali melanjutkan tren penurunan harga pada beberapa hari belakangan ini. Harga mata uang kripto yang satu ini bahkan menembus ke bawah USD19,000. Tingkat ini merupakan kejadian pertama kali sejak Desember 2020. Sementara itu, Ether mencatatkan penurunan harga ke bawah USD1,000, titik terendahnya sejak Januari 2021.
Penurunan Drastis Harga Bitcoin
Harga bitcoin mengalami penurunan drastis ke bawah USD19,000 pada hari Sabtu kemarin. Hal ini kembali melanjutkan tren penurunan luar biasa harga berbagai mata uang kripto yang terjadi marak pada belakangan ini.
Berdasarkan statistik yang ada, harga mata uang kripto yang satu ini mengalami penurunan lebih dari 9% dalam kurun 24 jam terakhir ke titik USD18,642.22. Berdasarkan data yang kami peroleh, terakhir kali BTC mencapai titik ini adalah pada bulan Desember 2020 yang lalu.
Ether Turun Seiring Penurunan Harga Bitcoin
Penurunan harga Bitcoin berdampak luas terhadap beberapa mata uang lainnya. Ether, token kripto terbesar kedua, misalnya mengalami penurunan harga 10.54% ke titik USD963.22.
Peristiwa ini terjadi diduga karena beberapa faktor. Salah satu yang terbesar di antaranya adalah kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang menaikkan tingkat suku bunga. Tak hanya itu, kekhawatiran akan tingkat likuiditas mata uang kripto telah menimbulkan kekhawatiran tersendiri di kalangan para pemilik, trader, dan investor mata uang kripto.
Pemerintah Amerika Serikat sendiri telah memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga sebesar 75 basis poin. Jumlah ini merupakan angka terbesar sejak tahun 1994 silam. Kebijakan ini kemudian berdampak pada terdorongnya masyarakat untuk meninggalkan aset yang dianggap memiliki risiko besar, termasuk saham dan mata uang kripto.
Terjadi Secara Luas
Harga Bitcoin yang jatuh drastis bukanlah satu-satunya yang terdampak dari crypto crash ini. Kami memantau bahwa mata uang kriptos ecara keseluruhan mengalami kejatuhan harga lebih dari USD60 miliar dari 2 token utama dalam 1 bulan terakhir ini.
Terra, yang seharusnya bertindak sebagai koin stabil, misalnya, kehilangan harganya menjadi hanya sepersekian sen dolar Amerika Serikat. Hal ini kemudian berbuntut pada rontoknya harga mata uang kripto Luna yang dikaitkan dengan token tersebut.
Kondisi ini mendorong bursa atau pasar mata uang kripto untuk mengambil langkah cepat. Beberapa bursa misalnya mengeluarkan kebijakan yang melarang para pengguna mereka untuk melakukan penarikan dana. Akibatnya, para pengguna tidak dapat mengakses dana dan aset kripto yang mereka miliki. Hal ini kemudian menumbuhkan kekhawatiran baru terkait insolubilitas mata uang kripto secara kseluruhan.